Inversijatim.id-Konflik antara SMA Petra 3 dengan pengurus 3 RW di perumahan Manyar Tompotika, yang dipicu iuran keamanan Rp 35 juta berakhir damai. Walikota Surabaya Eri Cahyadi mendamaikan kedua belah pihak dengan sejumlah kesepakatan, yang bisa diterima kedua belah pihak.
Eri Cahyadi tak ingin perseteruan antara warga Manyar Tompotika dengan pihak sekolah petra semakin memanas. Iaturun tangan dengan mendatangi kedua belah pihak yang berseturu.
Awalnya, Eri Cahyadi mendatangi pengurus 3 RW di rumah pengurusRW 4 Lilik Al Jufri untuk mengetahui langsung permasalahannya. Selanjutnya, Eri juga mendatangi pihak sekolah Petra dan hal yang sama dilakukannya.Kemudian, Eri mengajak pihak sekolah ke rumah RW 4 untuk membahas penyelaian permasalah yang dipicu iuran keamanan 35 juta ini dan videonya sempat viral di media sosial.
Dalam pertemuan tersebut, Walikota Eri menengahi dan memberikan solusi bagi kedua belah pihak yang akhirnya bisa diterima dengan sejumlah kesepapkatan. Diantaranya, sudah tidak ada lagi iuran 35 juta untuk Sekolah Petra, persoalan kemacetan dan penumpukan eceng gondok di sungai ditangani pihak
“Wes selesai jadi,tak ada lagi masalah. Ada titik temu dalam perbincangan, Pihak RW memutuskan Petra mengurus sendiri wilayahnya. Pertemuan tadi itu terbuka semuanya, ditarik kesimpulan RW enggak mau ada fitnah. Jadi yang dulu uangnya (iuran) dititipkan ke RW, sekarang tidak dititipkan, langsung dipegang Petra,” kata Eri.
Sementara, Ketua RW IV Lilik Aljufri Hasan menjelaskan pihak RW IV, V, dan VII sudah tidak akan menarik iuran keamanan kepada Sekolah Petra. Itu juga sudah dilakukan sejak Maret 2024 dan dia juga menegaskan adanya kesalahpahaman di masyarakat.
“Meluruskan ke kemarin yang dibilang RW-RW menerima uang dari Petra Rp 140 juta. Padahal tidak begitu, kami sama-sama membayar setiap RW Rp 32 juta. Rp 32 juta itu bukan Petra yang membayar ke kami, kami ada bendahara keamanan. Jadi Rp 32 juta itu RW IV, V, dan VII menyebarkan ke bendahara, plus Petra jadi Rp 128 juta,” ujarnya.
“Rp 120 juta itu kami bayar akan ke keamanan, Rp 8 juta untuk kas dan yang lain-lain, itu saja. Kok ribut di media massa dan di mana-mana kami di RW minta uang ke Petra Rp 140 juta dan Petra memberikan kepada kami, padahal itu keliru,” ungkapnya.
Wadir Sarpras Petra Robertus Pranata mengatakan pihak sekolah Petra tidak lagi membayar iuran Rp 32 juta ke bendahara keamanan Perumahan Tompotika. Sebagai gantinya, CSR untuk pembersihan lingkungan sekitar dan bantuan keamanan akan disalurkan.
“Petra akan melakukan CSR membenahi lalu lintas supaya tidak terjadi kemacetan. Kalau macet supaya terurai lebih cepat. Nanti kerja sama dengan Dishub untuk memberikan perhitungan bagaimana caranya lalu lintas bisa lancar di daerah Tompotika,” ujarnya.
Lalu juga CSR di bozem akan dibersihkan dan kami kerja sama dengan DLH. Kami bantu agar bozem ini bisa dinikmati bersama warga, tidak hanya sebagai tempat buangan tapi (sebagai) wisata. Itu impian kami,” jelasnya.
Robertus pun menegaskan dengan adanya penyaluran program tanggung jawab sosial atau CSR itu, Sekolah Petra tidak lagi membayar iuran keamanan kepada perwakilan RW di Perumahan Tompotika.