inversijatim.id-Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi gemilang di bidang konstruksi. Kali ini, Tim Baraga dan ACE dari Departemen Teknik Sipil berhasil mengantongi dua raihan juara pada gelaran 12th Civil in Action di sub lomba Sustainable Bridge Competition 2024 yang diselenggarakan oleh Universitas Gadjah Mada.
Podium juara pertama berhasil diraih oleh Tim Baraga dengan jembatannya yang bernama Citta Logawa. Salah satu anggota tim, Moch Choirul Akbar Majid menjelaskan bahwa nama tersebut diambil dari Bahasa Sunda Kuno, kata Citta yang berarti harapan dan Logawa yang berarti kuat. “Jembatan ini dibuat sebagai harapan kuat agar dapat menjadi infrastruktur publik yang berkelanjutan,” terangnya.
Mahasiswa yang akrab disapa Akbar itu mengungkapkan, rancangan jembatan yang diminta pada kompetisi ini adalah jembatan dengan tipe pelengkung tunggal. Model ini belum pernah ada di Indonesia sebab bentuknya yang sangat memperhatikan aspek arsitektural dan kekuatan. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, timnya menggunakan material baja dengan mutu ASTM A36 untuk membuat jembatan model dengan panjang empat meter dan baja mutu BJ-51 untuk desain jembatan 100 meter.
Model jembatan ini memiliki kecenderungan torsi atau momen gaya yang besar pada pelengkungnya. Untuk itu, jembatan menggunakan konfigurasi kabel yang mengumpul di tengah agar distribusi gaya saat diberi beban merata. Perakitan jembatan sendiri menggunakan metode perancah untuk jembatan model empat meter dan metode kantilever penuh pada desain jembatan 100 meter yang menyesuaikan arus dan kedalaman sungai.
Tim Baraga ITS juga berhasil meraih penghargaan di kategori Best Presentation. Tim ini menyajikan aspek sustainable atau berkelanjutan dengan penggunaan material ramah lingkungan, serta sumber energi terbarukan yang berasal dari panel surya. “Keunggulan lain dari jembatan kami adalah penggunaan kecerdasan buatan pada sensor jarak jauh untuk memantau kesehatan struktur jembatan,” tambahnya.
Pada sub lomba yang sama, Tim ACE berhasil menyabet gelar juara III dengan rancangan jembatan yang diberi nama Kriya Nusantara. Kriya yang berarti karya dan Nusantara yang merupakan Ibu Kota Baru Indonesia. Dari nama itu, rancangan jembatan ini diharapkan dapat menjadi representasi persembahan karya anak muda untuk Ibu Kota Nusantara (IKN).
Salah satu anggota tim ACE, Athallah Rafi mengungkapkan bahwa desain jembatan yang dibuat oleh timnya terinspirasi dari Hulme Arch Bridge di Manchester, Inggris. Guna menonjolkan identitas nasional, busur jembatan didesain menggunakan warna merah putih dan gelagar lantai jembatan diberi warna emas untuk melambangkan masa kejayaan IKN dan Indonesia. “Kami juga memadukan ornamen batik dan perisai khas Dayak, sehingga terpilih untuk meraih penghargaan kategori Best Beautiful Bridge,” jelasnya.
Jembatan didesain dengan memperhatikan tiga pilar pembangunan berkelanjutan yakni sosial, lingkungan, dan ekonomi. Dari sisi sosial, jembatan ini didesain sebagai landmark dan akses mobilitas baru bagi masyarakat IKN. Dalam aspek ekonomi, jembatan menggunakan konfigurasi yang efisien untuk meminimalisir biaya material yang dikeluarkan dan dapat berdiri kokoh untuk waktu yang lama.
Selain itu, jembatan juga unggul di aspek lingkungan dengan menginovasikan fly ash atau abu terbang sebagai substitusi beton guna mengurangi emisi karbon yang dihasilkan selama tahap konstruksi. Di samping itu, jembatan ini dilengkapi dengan fitur Early Warning System bernama Kriya Siaga yang dapat mendeteksi apabila terjadi gempa, banjir, dan bencana alam lainnya sehingga dapat menutup akses jembatan hingga kondisi aman.
Terakhir, kedua tim berharap agar jembatan dengan tipe pelengkung tunggal ini dapat mulai diterapkan di Indonesia. Penerapan desain jembatan seperti ini, khususnya pada kota metropolitan, dinilai dapat menambah nilai futuristik kota. “Selain itu, kami juga ingin bekerja lebih baik lagi ke depannya sehingga dapat konsisten untuk mengharumkan nama ITS,” tutup Athallah penuh harap.