inversijatim.id-Untuk tingkatkan kualitas maggot, tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) inovasikan metode untuk meningkatkan mutu larva Black Soldier Fly (BSF) melalui pakan biofeed modified microbe dan alat pemantau lingkungan kandang. Digunakannya sistem Internet of Things (IoT) dalam alat turut mengambil peran dalam memperbanyak hasil panen maggot.
Ketua tim penelitian Istighfaroh Rima Nafiullatif mengungkapkan bahwa inovasi tersebut bertujuan untuk meningkatkan mutu produksi maggot yang dilakukan di Istana Maggot Surabaya melalui efisiensi nutrisi pakan dan lingkungan kandang. Dengan diterapkannya aspek tersebut, mutu dari maggot naik secara signifikan. Hal itu terbukti dari bertambahnya beberapa aspek, seperti pada bobot maggot yang meningkat 42,35 persen, panjang bertambah 25,68 persen, dan kadar protein naik 39,06 persen.
Biofeed modified microbes merupakan inovasi pakan yang dicetuskan dari tim ini. Konsorsium bakteri digunakan dalam pakan tersebut sebagai agen dalam meningkatkan nilai nutrisi dalam maggot. Komunitas simbiosis bakteri itu terbukti dapat melakukan fermentasi limbah organik secara efektif dengan memecah molekul selulosa di dalamnya. “Mereka akan menghidrolisis selulosa sehingga maggot dapat mencerna pakan lebih efisien,” paparnya.
Mahasiswi Departemen Biologi ITS tersebut juga menerangkan, mudahnya kultivasi konsorsium bakteri menambah rentetan keunggulan pakan ini. Dengan aktivator seperti limbah nanas dan air kelapa, mikroba fermentor dapat memperbanyak diri dan dapat dilipatgandakan secara terus menerus. Ia menambahkan, nanas mengandung enzim bromelin yang dapat meningkatkan protein, sedangkan air kelapa digunakan sebagai sumber nitrogen untuk pertumbuhan bakteri.
Kultivar tersebut akan dibiakkan selama tiga hari, kemudian digabungkan bersama sampah organik yang telah dicacah dalam gentong tertutup. Proses pengolahan pakan seperti ini dapat meningkatkan kualitas dari maggot dengan mengecilkan ukuran substrat limbah organik. Dengan itu, maggot dapat mencerna molekul lebih mudah dan menyerap lebih banyak nutrisi. “Molekul besar memperlambat pencernaan, membuat penyerapan nutrisi menjadi sulit dan lama,” ungkapnya.
Selain melalui pakan biofeed modified microbes, lanjutnya, peningkatan mutu juga dilakukan dengan memonitoring siklus hidup maggot dengan memberikan aspek lingkungan yang cocok untuk proses perbanyakannya. Dengan demikian, produktivitas kawin serta reproduksi dapat didorong melalui penyediaan kondisi lingkungan yang cocok. Dengan bantuan sensor dan sistem IoT, pemenuhan suhu dan kelembaban dapat secara otomatis diatur menyesuaikan kebutuhan kandang.
Keoptimalan lingkungan merupakan aspek penting yang juga perlu diperhatikan. Dalam kandang tersebut terpasang komponen seperti sensor DHT22, mist maker, pendingin, serta lampu yang secara bersamaan berintegrasi mengatur suhu serta kelembaban lingkungan kandang. “Pada saat suhu naik, mist maker serta pendingin akan aktif dan secara otomatis akan menaikkan kelembaban dan menurunkan suhu,” jelas gadis yang sering disapa Faroh ini.
Dengan bantuan sistem IoT, lingkungan maggot dapat dilihat dan diatur secara jarak jauh melalui aplikasi pada ponsel. Selain secara otomatis, mitra juga dapat mengoptimalkan suhu dan kelembaban tersebut secara manual dengan mengaktifkan komponen-komponen melalui satu klik.
Adanya hal ini membuat proses controlling dan monitoring kandang dapat berjalan dengan baik, sehingga produktivitas maggot BSF dapat ditingkatkan. Berkat dedikasi penuh dari seluruh anggota tim yang dipandu oleh dosen dari Departemen Biologi ITS Dr Techn Endry Nugroho Prasetyo SSi MT, peningkatan mutu maggot BSF dapat dilaksanakan dan dicapai dengan hasil yang memuaskan. Kelompok Program Kreativitas Mahasiswa – Penerapan Iptek (PKM-PI) ITS tersebut juga telah sukses meraih juara II pada kategori Poster di Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-7 tahun 2024, beberapa waktu lalu