inversijatim.id-Jemaah haji Jawa Timur yang meninggal dunia di tanah suci, terus bertambah hingga mencapai 66 orang jemaah. Jemaah meninggal karena sakit jantung, diabetes, sesak nafas dan sakit karena tua. Kenaikan jumlah jemaah haji meninggal, menjadi bahan evaluasi untuk antisipasi penyelenggaraan musim haji tahun depan.
Hal ini, disampaikan oleh Kabid Penyelenggara Haji Dan Umroh Kanwil Kemenag Jawa Timur Abdul Haris Hasan, Rabu siang, usai menerima kedatangan kloter 41 asal Jember.
Menurutnya hingga kedatangan kloter ke 42, Rabu (3/7), jemaah haji yang meninggal di tanah suci kembali bertambah. ” Jemaah haji meninggal di Indonesia tercatat 367 jemaah haji, khusus di debarkasi Jawa Timur tercatat ada 66 jemaah haji, atau sekitar 18 persen, meninggal dunia di tanah suci. Diharapkan jumlah jemaah haji yang meninggal tidak terus bertambah” Kata Haris.
Penyebab jemaah haji yang meninggal masih didominasi dengan jemaah lansia dengan kondisi sakit jantung diabetes, sesak nafas , dan penyakit komorbit lainnya.
Dibanding tahun sebelumnya, jumlah jemaah haji Jawa Timur yang meninggal di tanah suci mencapai 169 jemaah haji. Tapi tahun ini, menurun menjadi 66 jemaah. Ini karena persiapan lebih matang dengan mewajibkan jamaah haji harus memenuhi standar kesehatan atau istitha’ah.
Masih adanya jemaat yang meninggal ini, menjadi bahan evaluasi petugas penyelenggara ibadah haji tahun depan. Bawa perlunya pendampingan jemaah lansia secra ketat, mulai dari daerah, hingga pendampingan ibadah haji, sampai pulang ke tanah air.
“Tahun depan ada evaluasi, untuk pendampingan atau apa namanya peningkatan pendampingan bagi jamaah dalam perjalanan dari daerah kabupaten kota, ketika diimbarkasi sampai ke arab saudi lebih-lebih pada saat di arab Saudi. Petugas PPIH melakukan promosi atau sosialisasi kepada jamaah-jemaah Indonesia untuk betul-betul mengukur kemampuannya saat melaksanakan ibadah-ibadah sunah lebih pada saat menjelang untuk di arafah yang kemarin juga berjalan dan alhamdulillah bisa kita minimal kita yang wafat di arafah.” Terangnya.
Sementara itu,kurangnya petugas kesehatan kloter haji juga perlu diperhatikan oleh pemerintah. Karena tiga petugas kesehatan harus mengawasi jamaah satu kloter yang berjumlah 371 jemaah. Sehingga, petugas kesehatan kloter , kadang kewalahan untuk mengawasi jemaahnya meski dibantu oleh ketua kloter dan ketua regu.
Diharapkan, pemerintah tahun depan bisa menambah petugas kesehatan kloter minimal 5 petugas terdiri dari dokter dan perawat. Sehingga para dokter bisa mengawasi dengan maksimal dan bisa cara bergantian bertugas menjaga dan membantu kesehatan para jemaah haji.
“Sebenarnya kalau ada kebijakan baru pemerintah, setiap kloter perlu ditambah 5 orang petugas kesehatan, karena tiga petugas kesehatan harus mengawasi 371 hingga 400. Kalau ada kebijakan bisa di tambah 5 orang dari tenaga dokter atau tenaga kesehatan lainnya.” Kata Dr Nurlaila dokter kloter. Untuk memberikan pelayanan terbaik bagi jemah haji, segala kebijakan perlu diambil oleh pemerintah dan PPIH, untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas pelayanan haji setiap tahunnya. Sehingga timbul penyelenggaraan ibadah yang benar-benar sesuai yang diharapkan.